DEFRAG Sebuah pertunjukan persembahan Hindia dan Kawan-Kawan, Yogyakarta 2.04.2024 |
Sungguh jika bukan karena Hindia dan Hectic Creative yang menghadirkan
pertunjukan istimewa di Jogja dengan tajuk "DEFRAG", mungkin saya
sama sekali sudah tidak ingat lagi dengan istilah komputer yang satu ini.
Bertahun-tahun meninggalkan PC dan beralih ke SSD istilah defrag atau
defragmentasi pun ikut ditinggalkan dan tiba-tiba menjadi terdengar asing di
telinga padahal dulunya defrag adalah proses yang lumrah bagi user untuk
memaksimalkan kinerja komputer.
Prologue :
Ketika komputer kita mulai melambat dan sering tak merespond, terbatasnya
ruang kosong kerap kali menjadi penyebab utama. Lamanya waktu kerja
menghasilkan file atau fragment yang jumlahnya tentu tak sedikit dan
tersebar di semua bagian/partisi hardisk, berantakan, tidak tertata sehingga
menghabiskan lebih banyak space dari yang seharunya. Komputer akan melambat,
karena banyaknya beban yang harus disimpan tanpa cukup ruang untuk mengolah
dan memanggil data, saat ini terjadi maka defragmentasi adalah salah satu
solusi.
Menurut referensi dari halaman Microsoft.com, Defrag adalah Proses menemukan dan mengonsolidasikan file terfragmentasi pada volume lokal untuk meningkatkan performa sistem.
Sederhananya Defrag merupakan proses untuk menata dan mengalokasikan ulang
fragment di dalam komputer ke tempat atau lokasinya masing-masing sesuai
dengan jenis yang sama sehingga menciptakan ruang yang lebih luas untuk
sistem komputer beroperasi dengan lebih maksimal.
Tak jauh berbeda dengan manusia, lamanya waktu berjuang dan berusaha,
melewati banyak tantangan, menghadapi banyak masalah tentu akan menyisakan
fragment memori yang terekam dalam jiwa dan pikiran kita. Makin lama
jumlahnya makin banyak dan acap kali menjadi beban yang menumpuk tanpa kita
sadari memenuhi semua ruang yang ada. Saat hal ini terjadi kita akan mulai
bersikap defensive dan menjauhkan diri dari segala bentuk masalah atau
sumber beban sehingga kerap kita mengabaikan, kurang perduli dan tak
merespon akan apa yang terjadi di sekitar kita dengan seharusnya.
Setidaknya ini yang saya tangkap dari lagu Ibel yang disajikan Hindia
dalam konsernya di Gor UNY kemarin, lagu ini seolah menceritakan tentang
kesedihan dan penyesalan seseorang karena tidak cukup perduli dengan keadaan
disekitarnya atau orang-orang disekelilingnya. Momen seorang Ibel yang harus
meninggal sendirian ketika pandemi melanda, saat dia tidak mendapatkan
bantuan medis berupa ventilator padahal dari postingan terakhirnya Ibel
sempat meminta bantuan pada para rekan dan kenalannya melalui media sosial.
Namun malang tak bisa dihindari, terlambatnya bantuan membuat Ibel
kehilangan nyawa dan pergi untuk selamanya. Baskara sendiri dalam sebuah
artikel berita menyatakan bahwa Ibel bukan orang terkenal atau public
figure, melainkan tukang cukur langganan keluarganya. Hal ini membuat
jangkauan media sosial Ibel tak sebanyak yang mungkin bisa dicapai para
public figure, hingga postingan permintaan tolongnya pun tak pernah
berbalas. Penyesalan tak pelak hadir menghampiri mereka yang mengenal atau
sempat membaca unggahan terakhirnya, mungkin jika waktu itu salah satu dari
mereka tergerak membantu, keadaan akan jauh berbeda.
Manusia tidak diciptakan seperti mesin atau komputer yang bisa selalu on
dan bekerja terus menerus, kita butuh istirahat, butuh waktu untuk
menenangkan diri, butuh ruang untuk sendiri, butuh jeda untuk menata kembali
hati dan semangat. Saat lelah untuk berjuang dan bertahan, tidak ada
salahnya memelankan langkah sebentar, tapi saat bangkit lagi pastikan kita
bangkit lebih kuat.
Defragmentasi hidup tanpa kita sadari menjadi latar belakang yang membentuk
perjalan hidup kita dan siapa kita sekarang. Dalam setiap perjuangan dan
kegagalan atau keberhasilan, kita tanpa sadar melakukan 3 hal serupa seolah
sedang mendefrag seluruh sistem yang ada pada diri.
Saat kita sudah berusaha maksimal mengejar apa yang kita inginkan namun
ternyata kita tak selalu mendapatkan keinginan itu dengan mudah bahkan dalam
beberapa titik sama sekali tidak tercapai. Merasa gagal itu wajar dan
beruntungnya kita sebagai manusia dikaruniai berkah yang disebut rasa
syukur, dengan ini kita akan berusaha menerima kegagalan dan hal-hal yang
belum tercapai dengan menyelaraskan ulang nilai-nilai dan prioritas dalam
hidup kita. Lalu kita melanjutkan dengan mengalokasi ulang menggantikan apa
yang tidak penting dengan hal yang lebih penting dan akhirnya saat semua
mulai sedikit tertata kita akan mulai mengubah posisi, menempatkan hal
penting sebagai prioritas atau menggantikan prioritas-prioritas lain yang
sudah bukan waktunya lagi. Dengan menemukan kembali nilai-nilai hidup,
prinsip dan apa yang penting dan tidak penting dalam kehidupan kita, maka
kita akan punya cukup ruang dan tenaga untuk melanjutkan hidup dengan lebih
baik. Tetap berpegang dan berpedoman pada nilai dan prinsip yang kita anut
karena itulah yang menjadikan diri kita saat ini.
Perubahan usia, lingkungan, orang-orang disekitar, pengalaman baik dan
buruk, kegagalan, pencapaian dan semua emosi yang menjadikan kita manusia
suatu saat akan memenuhi semua ruang yang kita siapkan, memperlambat langkah
atau menjadi beban yang terlalu berat untuk dipikul sendiri. Manusia bukan
mesin atau komputer yang bisa direset dan dihapus datanya, bahkan ingatan
dan kenangan terburukpun tak bisa kita hapus walau sangat ingin. Namun dari
seorang Dokter saya pernah mendengar bahwa mungkin kita tidak bisa menghapus
ingatan tapi kita bisa merubah cara pandang kita akan ingatan tersebut. Yang
dulunya menjadi fokus ingatan menyakitkan, bisa pelan-pelan kita rubah
posisinya menjadi sesuatu yang tidak lagi penting. Memindahkan urutannya
jauh kebelakang dan mengedepankan hal lain yang membantu kita mencapai
tujuan hidup.
Bisa dianggap satu-satunya waktu manusia me-reset ulang dirinya adalah saat
kita mati dan meninggalkan dunia dengan segala beban dan kenangan yang
mengikuti, tapi selama masih diberi kesempatan untuk bernafas dan hidup, tak
ada salahnya kita mencoba untuk mendefragmentasi kehidupan dengan bersyukur
dan berjuang, kembali bangkit dengan lebih kuat tanpa menjadi abai terhadap
sekitar.
Dari "DEFRAG" persembahan Hindia dan kawan-kawan banyak hal yang saya
bawa pulang, kita manusia dengan segala emosi yang manusiawi, kegagalan
dan hal-hal menyedihkan lainnya adalah bagian dari perjalanan dan
perjuangan sebagai manusia. Tak ada yang sempurna, tak ada yang tak punya
luka dan masalah, seberat apapun itu mari berjuang, kamu tidak sendirian
begitupula dengan saya. In This House You Are Loved !
POV: Dari lantai 9 sebuah hotel di tengah kota Jogja, sambil menatap
matahari pagi dan berharap esok masih bisa melihatnya lagi.
Posting Komentar
Halo Foodies terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, silahkan tinggalkan comment untuk pertanyaan, saran maupun kritik yang membangun. Mohon untuk tidak berkomentar yang mengandung SARA, Kekerasan, judi maupun Pornografi karena tidak akan saya tampilakan disini. Berkomentarlah dengan bijak dan santun. Terimakasih