Exploring Paradise in Central Java


Merapi dari dekat

Bangunan museum gunung merapi
Jawa Tengah terutama kota Jogja merupakan salah satu destinasi wisata yang selalu menjadi impian saya ketika memiliki kesempatan berlibur, alasannya karena daerah ini kaya akan peninggalan warisan kebudayaan yang relatif banyak dan masih terjaga sejajar dengan keindahan alamnya yang tidak kalah mempesona. Sebut saja keanggunan Merapi yang ganas tapi mempesona, kerumitan candi Borobudur serta Prambanan atau wisata dataran tinggi Dieng yang memanjakan mata. Sepertinya tidak berlebihan jika saya menyebut liburan ini "Exploring Paradise in Central Java"
Liburan impian ini dimulai tanggal 16 Maret 2015, menggunakan penerbangan pertama dari Bali ke Jogja, berangkat dari Bali jam 6.50 dan sampai di Jogja jam 7.10 pagi, langsung dijemput oleh Bapak Maryono, driver yang dikirimkan oleh jasa tour yang kami pakai. Dari Bandara Adisucipto perjalanan  dilanjutkan menuju ke gunung merapi. Kami sengaja tidak ke hotel dulu karena masih terlalu pagi untuk check in jadi supaya tidak buang-buang waktu langsung saja meluncur ke area Gunung merapi. Bapak Maryono menyarankan ke Merapi lebih dulu supaya kemungkinan langit masih cerah lebih besar, mengingat akhir-akhir ini di Jogja selalu turun hujan yang menyebabkan kabut di lereng merapi dan menghalangi jarak pandang untuk menyaksikan keindahannya. 

Museum Gunung Merapi 
Motor yang tersisa dari erupsi Merapi

Perjalanan dari Bandara menuju Merapi Kaliurang membutuhkan waktu sekitar 1 jam, kami sempatkan mampir ke Museum Gunung Merapi terlebih dahulu. Museum ini terletak di Jln. Boyong, Dusun Banteng, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Disini kita bisa melihat berbagi informasi mengenai penyebaran dan bentuk gunung berapi di Dunia, Museum Gunung Merapi juga memajang beberapa benda yang luput atau sisa dari Erupsi merapi dari tahun ke tahun. Tempat ini cocok untuk sarana edukasi, karena lebih banyak informasi yang bisa dipelajari. Museum ini libur pada hari Senin dan dibuka untuk umum dari hari Selasa sampai Minggu mulai pukul 08.30 - 15.30 WIB. Harga tiket masuknya tergolong murah, kami hanya dikenakan Rp. 3.500 untuk biaya masuk dan Rp. 5.000 jika ingin menonton film dokumenter Merapi.

panel lapisan batuan Merapi
Merapi Lava Tour

Setelah puas berkeliling di Museum Gunung Merapai, waktunya untuk menikmati keindahan Merapi dari dekat. Untuk naik dan menyusuri lereng Merapi kita harus menggunakan kendaraan Jeep yang disewakan di areal Merapi atau menggunakan motor sejenis motor cross pastinya tidak bisa menggunakan mobil pribadi mengingat jalur yang ditempuh benar-benar bisa menguji adrenaline kami. Pak Maryono membawa kami ke salah satu pos Jeep yang bisa di gunakan, namanya TLCM (Toyota Land Cruiser Merapi). Di pos ini berderet sejumlah Jeep yang siap mengantarkan kita mendekati Merapi. TLCM menawarkan beberapa paket yang bisa dipilih, kalau saya tidak salah ingat ada 3 paket yang ditawarkan sebagi berikut :

1. Paket I ( Short )
Dari basecamp TLCM - Sungai Opak - Desa Petung - Museum Sisa Harta - Kaliadem - Bekas Bunker - Batu Alien - kembali ke basecamp TLCM . Waktu tempuh 1 sampai 2 jam dengan Harga Rp. 350.000 per armada.
2. Paket II ( Medium )
Dari basecamp TLCM  - Sungai Opak - Desa Petung - Museum Sisa Harta - Kaliadem - Bekas Bunker - Batu Alien - makam mbah Maridjan -  kembali ke basecamp TLCM. Waktu tempuh 2 sampai 3 jam dengan Harga Rp. 425.000

3. Paket III ( Long )
Dari basecamp TLCM  - Sungai Opak - Desa Petung - Museum Sisa Harta - Kaliadem - Bekas Bunker - Batu Alien - makam mbah Maridjan -  Stiper Bukit Glagah Sari ( ada gardu pandang berjarak hanya 3.5 km dr puncak merapi) - kembali ke basecamp TLCM. Waktu tempuh 3 sampai 4 jam dengan Harga Rp. 550.000

Toyota land cruiser yang membawa kami menyusuri Merapi
Kami kemarin hanya memilih paket pendek yang pertama, karena takut waktu tidak terkejar untuk ke tujuan berikutnya. Kami sangat menikmati tour ini, rasanya benar-benar setara dengan harga yang dibayarkan, ada kepuasan tersendiri melewati jalanan berbatu yang masih terjal dan bergelombang, mendengar cerita tentang bagaimana Merapi melepaskan lahar dan awan panasnya. Ada rasa takjub dan homat pada Gunung ini, seperti ada sesuatu yang membuatnya nampak benar-benar gagah  dan 
mempesona. Setelah menyusuri sungai Opak kami sampai ke Museum Sisa Hartaku.
bagian dalam museum Sisa Hartaku - Merapi Tak Pernah Ingkar Janji
Museum ini sejatinya adalah bekas rumah penduduk yang menjadi korban erupsi Merapi. Disini dipajang benda-benda yang menujukkan pada kita seberapa besar kekuatan erupsi merapi kala itu, menurut cerita yang dituturkan pada kami, panas dari si wedus gembel atau awan panas ini mencapai 900 derajat celcius, wajar saja jika semua yang dilewati lenyap dalam sekejap. Yang menarik mata saya di Museum ini adalah tulisan-tulisan yang tertera di dinding rumah. Salah satunya berbunyi "Merapi tak pernah ingkar janji" , entah apa yang ada dibalik tulisan ini tapi rasanya ada hal yang lain saat membaca tulisan ini. Selain tulisan-tulisan berupa pesan tentang bagaimana kita harus merenungi hidup dan kepercayaan akan adanya kekuatan besar yang melebihi segala kemampuan manusia di museum ini juga terdapat jam Merapi yang menjadi spesial karena jam ini menunjukkan kapan tepatnya Merapi melepaskan awan panasnya. Jam ini berhenti berfungsi ketika Awan panas menelan seluruh desa, membakar pepohonan, melelehkan kaca, peralatan elektronik, peralatan makan dan baju-baju penduduk bahkan ternak pun tak luput dari panasnya.
Jam erupsi merapi
Sisa-sisa cangkir
Sisa perabotan rumah tangga
Kekuatan awan panas merapi mampu melelehkan gelas
Sisa sendok dan garpu serta peralatan makan lainnya
Bagian depan museum sisa hartaku
pesan merapi
pesan merapi
Puas dengan cerita dan isi museum ini, kami melanjutkan perjalanan menuju kaliadem dan batu alien. Dari sini kita bisa melihat alur lahar dingin merapi, yang meninggalkan sisa material vulkanik mencapai 20 meter tebalnya diatas permukaan tanah semula. Terbayang kali sebesar itu tidak mampu menahan aliran lahar dingin sampai memakan banyak korban jiwa yang ikut hanyut terbawa arus. Jadi semakin merasa kecil ditengah kebesaran alam dan kuasa Tuhan yang tidak ada batasnya. Dari sini kami juga bisa melihat sebuah batu besar yang merupakan lontaran material vulkanin Merapi. Batu ini dikenal dengan sebutan batu Alien, saya sempat bertanya kepada pemandu kami kenapa dinamai Batu Alien ? Ternyata nama awal batu ini adalah "Batu Alihan" , alihan berarti pindahan jadi maksudnya batu ini merupakan batu hasil perpindahan material dari puncak merapi, tapi karena lafal dan dialek yang berbeda kata "Alihan" malah terdengar seperti kata "Alien" jadi sampai sekarang nama batu Alien ini melekat dikalangan para wisatawan.
Merapi dari kaliadem
Merapi dari kaliadem
Tujuan terakhir tour ini adalah menuju ke Bunker Merapi, pada tahun 2006 ada dua orang relawan yang meninggal di bunker ini. Mereka kala itu membantu evakuasi warga, karena mobil yang digunakan untuk mengangkut warga sudah penuh akhirnya kedua relawan ini memilih berlindung di dalam bunker , mereka pastinya tidak pernah menyangka akan ada awan panas membawa material vulkanis dengan kecepatan 70 km / detik yang suhunya mencapai 900 derajat celcius. Bahkan bunker tua itupun tak sanggup melindungi mereka... tapi sungguh mulia mereka meninggal demi menyelamatkan orang lain. Kami tidak sempat mengambil foto dari bunker ini dan saat ditawari masuk ke bunker kami juga tidak mau, ada perasaan takut, kasihan dan ngeri kalau membayangkan apa yang dialami dua relawan itu, jadi kami memutuskan tidak masuk ke bunker dan hanya menikmati pemandangan kaki gunung Merapi serta kota jogja yang terlihat dari ketinggian, karena cuaca yang sangat cerah , areal candi prambanan pun nampak dari sini. 
Manikmati indahnya Merapi dari dekat

Bunga edelweis yang tumbuh di kaki Merapi
Pemandangan kota Jogjakarta dari ketinggian merapi
Pemandangan kota Jogjakarta dari ketinggian merapi
Rumput liar di kaki merapi
Sudah sangat puas menikmati lereng merapi dengan segala keindahan dan bukti kekuatannya, tour diakhiri dengan kembali ke basecamp TLCM. Saatnya kami membayar biaya tour serta menikmati sebotol minuman dingin yang diberikan secara gratis pada wisatawan yang menggunakan jasa tour ini. Bagi anda yang ingin menikmati keindahan Merapi dari dekat, silahkan mencoba tour ini saya jamin uang yang dibayarkan akan sesuai dengan apa yang bisa dinikmati selama tour berlangsung.  
Dalam perjalanan kembali ke kota Jogja, kami mampir dulu untuk makan, masih didaerah Merapi tapi saya benar-benar lupa dengan nama tempatnya. Tempat makan yang asri, dibagian belakang terdapat saung-saung dengan kolam ikan dibawahnya. Harga yang dikenakan juga tidak begitu mahal, relatif terjangkau untuk wisatawan lokal. 

Candi Prambanan

Candi Prambanan & Ratu Boko

Perjalanan selanjutnya adalah menuju Candi Prambanan dan Keraton Ratu Boko, Prambanan sendiri seperti sebuah janji bagi kami, 3 kali ke Jogja baru kali ini kami berhasil sampai ke Prambanan. Sebelumnya selalu ada halangan untuk masuk, mulai dari terlalu malam dan yang berikutnya hujan deras. Akhirnya kali ini keberuntungan sedang berpihak pada kami, sepanjang tour cuaca cerah padahal katanya hari-hari sebelumnya hujan selalu turun deras.  

Di loket tiket Prambanan kita bisa membeli tiket yang dijual satu paket yang disebut tiket terusan yaitu tiket masuk ke Prambanan sekaligus diantar menuju ke Kraton Ratu Boko menggunakan shuttle bus. Jika hanya ingin mengunjungi salah satunya kita juga bisa membeli tiket terpisah tapi tiket terusan harganya lebih murah dibandingkan tiket terpisah. Harga untuk wisatawan lokal hanya Rp. 45.000 per orang untuk tiket terusan. Relatif murah jika dibandingan harga tiket wisata di daerah asal kami Bali. 
Setelah membeli tiket, kami dianter menuju shuttle bus yang akan membawa kami ke Keraton Ratu Boko. Lokasinya sekitar 3 km di sebelah selatan kompleks Candi Prambanan, terletak diatas bukit dengan ketinggian 196 meter diatas permukaan laut dan luas total kompleks candi ini mencapai 25 ha. Nama candi ini berasal dari legenda masyarakat setempat yang mempercayai bahwa Ratu Baka atau Ratu Boko merupakan ayah dari Loro Jongrang yang menjadi nama Candi utama di kompleks Prambanan. 

Kompleks candi Ratu Boko ini di percayai sebagai sebuah areal tempat tinggal sehingga disebut dengan Keraton Ratu Boko. Kompleks ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, tiga buah candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sementara bagian barat hanya terdiri atas perbukitan. 
Gerbang pertama dengan tiga buah pintu
Gapura ke-dua dengan lima buah pintu

Batur paseban : terdiri dari dua buah fondasi batu yg berhadapan yang berfungsi sebagi ruang tunggu bagi tamu

Begitu masuk melalui pintu utama candi kami langsung melihat dua buah gapura besar, gapura pertama memiliki 3 buah pintu sementara gapura ke-2 memiliki 5 buah pintu. Ketika melewati salah satu gapura saya melihat ada tulisan di sisi kiri gapura berbunyi "Panabwara", tulisannya seperti dipahat dengan benda tajam, awalnya saya kira ini vandalisme, kok ada ya orang yang tega corat coret di tempat seperti ini. Tapi ternyata saya salah, tulisan yang saya lihat itu adalah tulisan dari Rakai Panabwara saat beliau mengambil alih istana. Tujuan penulisannya adalah untuk mempertegas kekuasaan. Hal ini dimuat dalam prasasti Wanua Tengah III.


Gapura pertama sebelum memasuki areal pendopo
pagar dan gapura pendopo

Sayang sekali kami tidak sempat mengambil foto areal Candi pembakaran dan langsung pergi menuju tenggara ke areal pendopo. Sebelum memasuki areal pendopo kita akan melewati dua buah gapura, gapura yang pertama sudah tidak utuh dan tidak ada atapnya lagi, sementara gapura kedua dengan satu pintu masih lengkap terubung dengan tembok yang mengelilingi areal pendopo. Keluar dari areal pendopo kami menemui sebuah bangunan yang kental sekali nuansa Hindu-nya. Disini terdapat tiga buah candi kecil, kami mengira jika ketiga candi ini merupakan Candi Brahma, Wisnu dan Siva. Di depan candi tersebut terdapat sebuah lubang berbentuk persegi panjang. Berjalan kearah kiri dibelakang areal pendopo, kami melihat 5 atau 6 buah Makara berderet di bagian bawah bangunan pendopo. Makara merupakan hewan dalam mitological Hindu yang dibentuk dari gabungan dua hewan, misalnya gajahmina atau gajah dan ikan. Bagian depan menyerupai gajah sementara bagian belakang seperti hewan air atau ikan. Makara merupakan kendaraan dari Dewi Ganggan dan Dewa Baruna, ukiran atau pahatan Makara lazim ada pada pintu masuk bangunan Candi Hindu yang difungsikan sebagai pelindung.  

3 buah candi di areal pendopo

Makara : hewan dalam mytologial hindu gabungan dari gajah dan ikan

Menoleh kebawah maka kita akan melihat areal kompleks Kaputren yang dipercaya sebagai areal pemandian atau kolam pemandian. Karena datang saat musim hujan, maka areal kaputren ini sedang dipenuhi dengan air sehingga antara satu kolam dan lainnya kelihatan menyatu. Melangkah ketimur dari areal ini kita akan menjumpai dua buah gua yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon. Didepan gua ini terdapat kolam dan stupa. Setelah semua areal kami telusuri, akhirnya kami memutuskan kembali ke depan untuk melanjutkan kunjungan kami ke Candi Prambanan. Tapi karena belum dapat menyaksikan sunset di ratu boko akhirnya setelah ke Prambanan kami mampir lagi ke Ratu Boko dengan mobil pribadi, menyempatkan diri untuk mengambil beberapa foto sunset yang terkenal keindahannya. 
kompleks kaputren atau pemandian

salah satu motif pahat pada areal candi Ratu boko

senja di keraton Ratu Boko

Saran saya datanglah ke Ratu Boko senja hari saat cuaca cerah, maka keindahan matahari terbenam dari atas bukit bisa anda nikmati .
Kembali dengan shuttle bus ke kompleks Prambanan, kami langsung terpesona dengan kemegahan Candi ini. Candi Prambanan dikenal juga dengan sebutan Candi Lorojongrang, dibangun pada abad ke-9  Masehi yang diperuntukkan bagi Trimurti : tiga dewa utama dalam ajaran Hindu yaitu Brahma sebagi pencipta, Wisnu sebagai pemelihara dan Siva sebagai Pelebur. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli dari kompleks candi ini adalah "Siwagrha" yang berarti rumah Siwa sehingga tidak heran jika dibagian utama bangunan cnadi terdapat patung Siwa setinggi 3 meter. 
Menurut sejarah candi ini terdiri dari 240 candi, namun hanya tersisa 18 candi sementara candi lainnya masih dalam proses pemugaran.  Candi-candi tersebut antara lain :

  1. 3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma
  2. 3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa
  3. 2 Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana di sisi utara dan selatan
  4. 4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk halaman dalam atau zona inti
  5. 4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
  6. 224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68 (sumber: wikipedia)
Candi Prambanan
Disekitar candi kami melihat banyak tumpukan batu candi yang belum dipugar, batu-batu ini merupakan bagian dari  222 candi Perwara yang belum dipugar. Kami tidak bisa mengambil banyak foto saat berkunjung ke candi ini karena kunjungan kami bersamaan dengan beberapa sekolah yang sedang melakukan study tour sehingga areal candi benar-benar penuh dengan orang. Saran saya lebih baik datang ke Candi ini di hari kerja bukan hari libur agar jumlah pengunjung tidak terlampau banyak.

matahari pagi di candi borobudur

matahari pagi di candi borobudur
Borobudur dari halaman candi

Di hari ke-dua perjalanan kami mulai dari Borobudur menuju objek wisata Dieng Plateu atau dataran tinggi Dieng yang berlokasi di daerah Wonosobo Jawa Tengah. Kami dijemput dari hotel pada jam 4.45 pagi hari, perjalanan normal dari hotel menuju Borobudur biasanya ditempuh dalam waktu satu jam tapi karena kami berangkat pagi jadi kami sampai di Borobudur kurang dari satu jam.

Borobudur merupakan kompleks bangunan candi Buddha yang terletak di kota Magelang, sekitar 40 km sebelah barat laut Jogjakarta. Candi ini dibangun kisaran tahun 800-an masehi yaitu saat pemerintahan Wangsa Syailendra. Borobudur sendiri merupakan peninggalan kuil atau Candi Buddha terbesar di dunia dan pernah masuk dalam 7 keajaiban dunia serta diawasi oleh UNESCO. 
Tiba di borobudur kami harus menunggu sebentar karena pintu masuk Borobudur baru dibuka pukul 6 pagi. Saat kami tiba sudah ada beberapa bus pariwisata yang membawa rombongan pelajar mungkin sedang study tour atau mengisi liburan. Sekitar 15 menit kemudian gate tiket mulai dibuka, harga tiket masuk untuk wisatawan lokal adalah Rp. 30.000/orang. 

Pemandangan pagi hari di Borobudur memang sangat indah, udaranya masih sejuk, dengan pohon hijau serta bunga disepanjang jalan menuju kompleks candi. Dibagian depan candi terdapat patung singa yang biasa dikenal dengan sebutan kilin, patung ini biasanya disimbolkan sebagai pelindung. 
Selain kemegahan candinya, Borobudur juga terleknal dengan keindahan matahari terbitnya, para wisatawan bisa mengunjungi dan menikmati Sunrise dari borobudur melalui sebuah hotel yang terletak di sebelah bangunan candi. Untuk masuk melalui hotel ini para wisatawan dikenakan biaya sebesar Rp. 250.000, tapi datanglah saat cuaca yang tepat dan bukan musim penghujan. 

Stupa candi borobudur
stupa candi borobudur

Sebelum memasuki areal candi para wisatawan akan diperiksa oleh beberapa petugas dan tidak diperkenankan membawa makanan kedalam areal candi agar tidak ada sampah makanan yang berserakan nantinya. Jujur saja saya prihatin dengan tingkah polah para wisatawan yang datang, ketika itu saya melihat beberapa orang yang asik memanjat naik dan duduk diatas stupa untuk mengambil foto padahal sudah jelas ada sebuah tulisan besar yang melarang pengunjung memanjat, menaiki maupun duduk dibangunan stupa. Apa susahnya sih menaati peraturan, memang disana ada penjaga yang mengawasi pengunjung tapi hanya satu orang yang pastinya tidak bisa mengamati seluruh pengunjung ditiap bangunan candi, jadi saya berharap semoga para pengunjung punya kesadaraan diri untuk ikut menjaga sisa warisan budaya ini jangan sampai kedatangan kesana hanya memberikan dampak buruk bagi bangunan candi ini. 

Turun dari kompleks candi menuju parkiran anda akan diarahkan melewati kompleks pedagang yang menjual aneka cinderamata khas Borobudur, bagi yang belum sarapan juga bisa mengisi perut di areal ini. Berbelanja disini membutuhkan keahlian menawar untuk mendapatkan harga yang wajar, sepanjang perjalanan naik dan turun dari areal candi biasanya akan selalu ada pedagang yang berusaha menawarkan barang dagangannya pada anda, jika anda tidak ingin membeli katakanlah "tidak" jangan mengatakan "nanti" karena jika anda berkata nanti maka ketika anda turun dari candi bersiap-siaplah untuk dikepung lagi oleh pedagang tadi :).

borobudur
borobudur

pahatan pada candi borobudur

stupa borobudur dengan latar perbukitan
Dieng
Sesuai rencana perjalananpun di lanjutkan mejunu ke Desa Wisata Dieng yang terletak di Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo - Jawa Tengah. Dieng ini merupakan suatu kawasan dataran tinggi atau lebih tepatnya kawasan gunung berapi raksasa dengan beberapa kepundan atau kawah didalamnya. Ketinggiang dieng rata-rata mencapai 2.000 m di atas permukaan laut dengan suhu berkisar 12—20°C di siang hari dan 6-10°C di malam hari. Perjalanan dari Borobudur menuju Dieng memakan waktu kurang lebih 4 jam, sepanjang perjalan kami ditemani hujan yang lumayan lebat dengan jalan yang agak sempit, berkelok-kelok dan banyak bagian jalan yang aspalnya rusak. Ya perjalanannya benar-benar membuat lelah padahal cuman duduk anteng di mobil tapi tetep menguras energy terutama karena jalan yang berkelok-kelok membuat pusing dan mual. Jadi jika mau melakukan perjalanan ke Dieng dari Jogja silahkan pastikan anda menggunakan mobil yang lumayan nyaman dan tidak terlalu besar seperto toyota Agya mengingat jalannya yang sempit dan berkelok-kelok.

Kali ini keberuntungan sepertinya berpihak pada kami, begitu memasuki daerah Dieng hujan yang tadinya lebat tiba-tiba berubah menjadi langit biru yang cerah. Rasanya lega sekali, jika cuacanya begini berarti perjalanan kami jauh-jauh sampai ke Dieng tidak akan percuma karena diawal kami khawatir jika tetap turun hujan lebat berarti akan ada kabut yang menghalangi keindahan pemandangan Dieng.


kompleks Candi Arjuna
Pemandangan di sekitar Candi Arjuna
Bunga yang sayang untuk dilewatkan tanpa difoto

Salah satu bagian di sisi kiri sebelum memasuki areal candi utama


Candi Arjuna
Lokasi yang pertama kami kunjungi adalah kompleks Candi Arjuna, hamparan rumput yang bersih, pohon cemara dan bukit menghijau mengelilingi areal komplek candi ini. Meskipun tidak sebesar Borobudur maupun Prambanan tapi viewnya tetap memanjakan mata. Sebelum memasuk areal candi, di parkiran terdapat banyak kios yang menjual oleh-oleh khas Dieng yaitu manisan carica( sejenis pepaya yang buahnya lebih kecil dari pepaya normal biasa dikenal dengan sebutan pepaya gunung) dan kentang Dieng yang katanya paling bagus untuk bahan dasar keripik kentang. Candi Arjuna merupakan salah satu dari 7 komplek candi Hindu yang ada di areal Dieng, candi lainnya adalah Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Semar, Candi Sembadra, Candi Srikandi, Candi Setyaki, Gangsiran Aswatama, dan Candi Dwarawati. Keseluruhan kompleks candi ini dipercaya berkaitan satu dan lainnya serta sama-sama dibangun pada abad ke-7 atau ke-9 sebelum masehi. Kontruksi Candi Arjuna berukuran 6 x 6 m dan menghadap ke arah barat. Pada pintu masuk dan relung-relungnya dihiasi kala makara. Atap candi berjenjang dengan menara-menara kecil di setiap sudut. Sayang kali ini kami tidak sempat mengunjungi ke-6 candi lainnya karena mengejar waktu dan takut hujan turun lagi. Setelah puas menikmati keindahan Candi Arjuna, kami menyempatkan diri berbelanja oleh-oleh sedikit terutama membeli manisan carica karena penasaran seperti apa rasanya  selama ini hanya pernah melihat manisan ini di siaran Tv. Ternyata rasa dan texturenya benar-benar seperti pepaya hanya saja bentuknya jauh lebih kecil, hanya seukuran labu siam.

Areal depan menuju kawah Sikidang

Memasuki areal kawah
kawah diberi pagar pembatas agar pengunjung tidak terperosok jatuh ke dalam
"pancing" telur rebus kawah disekeliling bibir kawah
Kawah Sikidang
Perjalanan kami lanjutkan menuju kepunden atau kawah paling bawah di Dieng yaitu Kawah Sikidang. Kenapa diberi nama sikidang ? apakah di daerah ini banyak rusa atau kidang ? ternyata buukan. Pemberian nama kawah Sikidang konon karena sifat kawah ini yang suka muncul berpindah-pindah jadi masyarakat menyamakan dengan rusa atau kidang yang suka lari melompat kesana kemari. Dieng memiliki total 4 buah kawah yaitu : Sikidang, Sileri, Sinila (meletus dan mengeluarkan gas beracun pada tahun 1979 dengan korban 149 jiwa), serta Kawah Candradimuka.

Sepanjang jalan dari parkiran menuju areal kawah dipenuhi dengan penjual makanan yang menjajakan keripik kentang Dieng, buah carica dan kue Sagon. Oh ya jangan mengira kawah Sikidang ini seperti kawah pada umumnya yang terjal dan dengan dinding tebing curam ya, karena kawah satu ini lebih mirip dengan kolam lumpur ukuran besar dengan isi lumpur yang meletup-letup dan mengeluarkan gas. Disekeliling bibir kawah terdapat deretan kayu seperti alat pancing, tapi tidak mungkinlah ada ikan di dalam kawah sepanas itu dan  yang ada diujung kayu itu adalah keranjang kecil dengan telur utuh didalamnya. Penduduk disini memang kreative saya rasa, mereka menjual telur rebus kawah, yaitu telur ayam dan telur puyuh yang direbus dalam kawah. 1 Telur dijual seharga 4.000 rupiah, rasanya sih tidak ada bedanya dengan telur rebus biasa hanya sensasi direbus didalam kawahnya yang membuat spesial hhehe. Kami tidak berlama-lama di kawah ini karena masih ingin melanjutkan ke tujuan berikutnya yaitu Telaga Warna.

telaga warna



telaga warna

telaga warna

patung dewi didepan pintu masuk gua semar


Telaga Warna 
Julukan Telaga Warna diberikan  karena keunikan fenomena alam yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga nampak berwarna warni.

Telaga Warna dikelilingi oleh bukit-bukit tinggi yang menambah pesona keindahan alamnya. Waktu yang paling tepat untuk mengunjungi telaga warna adalah saat pagi atau siang hari, karena pada sore hari, kabut tebal akan menutupi daerah sekitar telaga warna, sehingga pengunjung tidak dapat menikmati keindahan alamnya. Harmonisasi alam dengan udara yang sejuk dan bersih membuat suasana Telaga Warna Dieng begitu memikat. Para wisatawan juga akan merasakan suasana mistis yang hening dengan tambahan kabut putih dan pepohonan yang rindang.

Di sekitar Telaga Warna Dieng tedapat beberapa gua yang juga patut untuk dikunjungi, seperti Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati. Di depan gua ini terdapat arca wanita dengan membawa kendi.  Gua ini juga memiliki kolam kecil yang airnya dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Ada juga Gua Sumur Eyang Kumalasari, dan Gua Jaran Resi Kendaliseto. Disamping itu terdapat pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso. Gua-gua di sekitar telaga warna ini sering dijadikan sebagai tempat meditasi. (wikipedia)

Kami berada di kawasan Telaga Warna ini lumayan lama, menjelajahi setiap tempat disekitar telaga. Kawasan yang rindang membuat betah berlama-lama, membaca setiap detail keterangan yang ada di depan gua dan pertapaan di dalam areal ini. Rasa ingin tau dan penasaran memang menuntun kami berjalan semakin lama sampai ke ujung jalan setapak dan berarti waktu bagi kami untuk  menyudahi berkeliling di areal telaga ini. Entah kebetulan atau bukan begitu masuk ke mobil langsung hujan turun lagi dan kabut mulai turun mengurangi jarak pandang. Syukurlah kami sudah selelsai mengunjungi semua tempat yang diinginkan sekarang waktunya menikmati perjalanan kembali ke Jogja ditemani hujan lebat lagi.

Jogja
Sekitar tiga setengah jam kami sampai kembali di Jogja dan tiba di hotel hujan sudah berhenti. Kebetulan sekali kami masih ada janji menghabiskan malam bersama seorang sahabat yang asli Jogja, jadi hujan tidak akan menjadi alasan yang bisa merusak rencana. Kami berkeliling kota Jogja menikmati ramainya suasana malam di alun-alun selatan, walaupun tidak mampir tapi melewatinya saja sudah berasa kalau tempat itu  ramai sekali. Kata teman kami di Jogja sedang ngehits warung susu, sejenis cafe atau tempat nongkrong yang menjual aneka minuman berbahan susu. Wah di Bali sepertinya belum marak yang seperti ini. Setelah puas keliling tanpa tujuan akhirnya kami diajak mampir ke warung milik pamannya, namanya Warung Bradip terletak di Jalan Prawirotaman. Suasanan nyaman sekali, seperti rumah dengan bangku-bangku recycle dan bangunan rumah khas Jogja, pintu gebyog di bagian belakang serta halaman luas. Tempat ini memang cocoknya sebagai tempat ngobrol atau ngumpul bersama teman dengan ditemani segelas es kopi atau capucino hangat serta kentang goreng. Obrolan kami yang biasanya hanya lewat bbm saat itu berlanjut kesana kemari hingga tak terasa sudah malam dan kami memutuskan kembali ke hotel karena besok sahabat kami ini akan menjadi guide untuk mengantar ke objek wisata di dalam kota Jogja.

Sisa-sisa Gedhong Kenongo

Umbul Binangun / Umbul Winangun

Pintu masuk Gedhong Gapura Hageng
Pintu masuk Gedhong Gapuro Panggung

Salah satu ujung tepi dari Umbul Binangun / Umbul Winangun
Terowongan yang menghubungkan areal di dalam Taman Sari

Taman Sari 
Tujuan pertama keliling kota Jogja adalah Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta yaitu situs bekas taman atau kebun istana Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kebun ini dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.
Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:
  1. Bagian pertama merupakan bagian utama Taman Sari pada masanya. Pada zamannya, tempat ini merupakan tempat yang paling eksotis. Bagian ini terdiri dari danau buatan yang disebut "Segaran" (harfiah=laut buatan) serta bangunan yang ada di tengahnya, dan bangunan serta taman dan kebun yang berada di sekitar danau buatan tersebut. Di samping untuk memelihara berbagai jenis ikan, danau buatan Segaran juga difungsikan sebagai tempat bersampan Sultan dan keluarga kerajaan. Sekarang danau buatan ini tidak lagi berisi air melainkan telah menjadi pemukiman padat yang dikenal dengan kampung Taman. Bangunan-bangunan yang tersisa dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
  2. Bagian kedua yang terletak di sebelah selatan danau buatan segaran merupakan bagian yang relatif paling utuh dibandingkan dengan bagian lainnya. Bagian yang tetap terpelihara adalah bangunan sedangkan taman dan kebun di bagian ini tidak tersisa lagi. Sekarang bagian ini merupakan bagian utama yang banyak dikunjungi wisatawan. Pada bagian ini terdapat : Gedhong Gapura Hagen, Gedhong Lopak-lopak, Umbul Pasiraman, Gedhong Sekawan, Gedhong Gapuro Panggung, dan Gedhong Temanten.
  3. Bagian Ketiga, dahulu bagian ini meliputi Kompleks "Pasarean Dalem Ledok Sari" dan Kompleks kolam "Garjitawati" serta beberapa bangunan lain dan taman/kebun. Namun saat ini hanya sedikit sekali sisa bagian bangunan yang bisa dilihat. 
  4. Bagian terakhir ini merupakan bagian Taman Sari yang praktis tidak tersisa lagi kecuali bekas jembatan gantung dan sisa dermaga. Deskripsi di bagian ini hampir seluruhnya merupakan sebuah rekonstruksi dari sketsa serangan pasukan Inggris ke Keraton Yogyakarta pada tahun 1812. Bagian ini terdiri dari sebuah danau buatan beserta bangunan di tengahnya, taman di sekitar danau buatan, kanal besar yang menghubungkan danau buatan ini dengan danau buatan di bagian pertama, serta sebuah kebun. Danau buatan terletak di sebelah tenggara kompleks Magangan sampai timur laut Siti Hinggil Kidul. Di tengahnya terdapat pulau buatan yang konon disebut "Pulo Kinupeng". Di atas pulau tersebut berdiri sebuah bangunan yang konon disebut dengan "Gedhong Gading". Bangunan yang menjulang tinggi ini disebut sebagai menara kota (Cittadel Tower). source : wikipedia
salah satu penari yang kala itu mementaskan tarian di komplek keraton
Keraton 
Setelah usai menikmati arsitektural bangunan Taman Sari kami melanjutkan perjalanan mengunjungi Keraton yang lokasinya bersebelahan dengan komplek Taman Sari ini namun untuk kesana harus memindahkan parkir kendaraan  ke arah pintu masuk Keraton. Sebetulnya saya sudah pernah mengunjungi Keraton sebelumnya kala itu bertepatan dengan adanya acara Pernikahan putri Sultan jadi suasana keraton sangat ramai. Kunjungan kali ini saya spesialkan untuk suami yang belum pernah memasuki areal Keraton, jadi disini dia yang dapet giliran memuaskan rasa ingin tau menyelusuri tiap areal Keraton yang sangat luas. Karena hari itu cukup terik dan matahari sudah tepat di ubun-ubun jadi kami memutuskan mengakhiri eksplorasi peninggalan budaya dan alam Jawa Tengah sampai di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Puas sudah tiga hari mengunjungi semua tempat yang keindahannya bak surga, rasanya tempat -tempat ini cepat sekali membuat kangen dan memanggil untuk kembali berkunjung, semoga di lain waktu ada kesempatan untuk kami datang lagi kesini. Sampai jumpa di tempat-tempat indah selanjutnya.
Tips :

  1. Saran kami bagi yang ingin berlibur hemat ke Jogja dan sekitarnya, siapkanlah rencana liburan anda dari jauh-jauh hari karena bisanya tiket yang lebih murah atau promo bisa dibeli jauh-jauh hari sebelum hari H. 
  2. Lakukan pencarian atau searching tempat-tempat yang menarik atau yang ingin dikunjungi ketika di Jogja nanti, hal ini akan sangat membantu kita dalam mempersiapkan apa yang harus dibawa atau jam berapa waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat yang diinginkan. 
  3. Jika bepergian hanya berdua dan hendak menyewa mobil, pastikan mobil yang dipilih sesuai dengan kebutuhan. Akan lebih baik jika memilih mobil yang ukurannya kecil selain hemat tempat parkir, juga lebih mudah digunakan untuk menjelajahi jalan-jalan sempit serta hemat BBM pastinya. Nah salah satu kendaraan yang memenuhi kriteria ini adalah Toyota Agya, dengan bodynya yang mungil menjadikan mobil ini handal dan lincah untuk menaklukkan jalanan sempit yang nantinya banyak dijumpai apalagi kalau ingin wisata kuliner yang agak blusukan pastinya Agya bisa diandalkan. Meskipun bodynya terbilang mungil, tapi jangan ragukan daya dan kecepatannya. Pada urusan jantung pacu mobil Toyota Agya dicangkokkan mesin berkapasitas 999 cc (1 liter) berteknologi DOHC fuel injection, 12 Valves. Mesin Agya dapat menghembuskan tenaga sebesar 65 HP di 6000rpm dan torsi mesin 85 Nm di 3600 rpm. Peforma mesin Agya sangat mumpuni untuk diajak berkeliling kota atau diajak naik ke puncak gunung. Tangki bensin mobil sedan ini bisa menampung bahan bakar sebanyak 33 liter, yang cukup untuk mengantarkan pengemudi sejauh 528 kilometer atau konsumsi BBM Agya adalah 16,0 Km/liter, hal ini menjadikan mobil Toyota Agya sebagai mobil murah paling irit di Indonesia. 
  4. Setelah mendapatkan kendaraan yang pas untuk berwisata dan berkeliling, selanjutnya pastikan selalu menjaga dan berhati-hati dalam membawa benda-benda berharga selama melakukan perjalanan wisata.Selalu siapkan uang cash dan sedikit bekal makanan atau camilan serta air minum. Selamat Berlibur :)

Protected by Copyscape Duplicate Content Finder

Posting Komentar

Halo Foodies terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, silahkan tinggalkan comment untuk pertanyaan, saran maupun kritik yang membangun. Mohon untuk tidak berkomentar yang mengandung SARA, Kekerasan, judi maupun Pornografi karena tidak akan saya tampilakan disini. Berkomentarlah dengan bijak dan santun. Terimakasih

My Instagram

Copyright © Bali Food Blogger: Resep dan Review by Sashy Little Kitchen.