Menelusuri Keindahan dan Ketenangan Candi Gunung Kawi


candi gunung kawi
Candi Gunung Kawi merupakan sebuah kompleks candi yang dibangun pada abad ke-11, dikenal sebagai tempat pemakaman keluarga raja Udayana sekaligus cagar budaya yang diakui oleh UNESCO. Lokasinya terletak di Desa Tampak Siring–Gianyar, untuk mencapai lokasi ini kita harus menempuh perjalanan kurang lebih sejauh 32 km kearah timur laut dari kota Denpasar. Papan besar bertuliskan “Objek Wisata Gunung Kawi” akan langsung terlihat dari jalan utama. Untuk bisa memasuki areal candi pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 15.000, dari loket tiket ini kita harus menuruni tangga yang lumayan jauh untuk menuju areal candi, karena tempat ini merupakan areal yang disucikan maka pengunjung diharuskan untuk menggunakan kain dan selendang yang telah disediakan sebelum turun ke areal utama. Bagi pengunjung wanita yang sedang datang bulan sangat dilarang untuk memasuki areal candi mengingat kompleks ini juga terdiri dari areal pura yang disucikan.

view sawah disepanjang jalan turun menuju kompleks candi gunung kawi

Terasering dan Suangai Pekerisan
Menapaki tiap jengkal anak tangga turun menuju kompleks candi, kita akan diusuguhi pemandangan yang menyejukkan mata, hamparan sawah dengan kontur terasering yang cantik akan langsung menyambut mata. Pohon kelapa yang menjulang ramping memberikan kesan ridang, dengan pantulan sempurna pada permukaan air sawahnya. Semakin turun kita akan menemui kios-kios souvenir yang menjual aneka kerajinan khas Tampak Siring, seperti kerajinan batok kelapa ukir dan ukiran gading. Tenang saja pedagang disini tergolong sopan dan tidak agresif , Mereka masih menjaga keramahan warga lokal dengan senyum hangat menyapa setiap pengunjung yang berlalu.

Souvenir ukiran dari batok kelapa
Setelah melewati tangga sejauh 300 meter maka kita akan tiba di areal candi, sebuah papan penunjuk arah berwarna hijau akan mengarahkan kita ke dua bagian utama kompleks ini. Berjalan ke kiri kita akan menuju ke Pura Kawan dan Candi Prasadha Ukir. Pura Kawan sendiri memiliki arti Pura yang terletak di bagian barat. Di areal ini kita bisa melihat sebuah tempat pertapaan di sisi kiri jalan yang menyerupai gua kecil, lalu semakin ke kiri kita akan sampai pada Candi Prasadha Ukir (candi empat), menurut arkeolog Dr. R. Goris candi ini di peruntukkan sebagai candi pemujaan bagi para selir raja. Keempat candi ini di pahat langsung pada dinding tebing, dengan bagian atap melengkung menyerupai kubah yang melindungi bagian pahatan candi dari erosi. Pahatan yang nampak masih sempurna setelah melewati rentang waktu yang amat panjang dari masa pembuatannya. Tepat diseberang komplek candi empat ini kita akan melihat sungai Pakerisan yang membelah bagian timur dan barat areal Gunung Kawi. Suara gemericik air dan rindangnya pepohonan membuat hati tenang, pejamkan mata sejenak dan nikmati suara alam, maka suasana dan ketenangannya mampu membayar semua lelah menapaki tangga tadi.



tepat pertapaan di dekat candi empat gunung kawi

kompleks candi empat gunung kawi

aliran air sunga pekerisan

Keindahan kawasan ini tidak hanya sampai disini, jika kembali ke jalan awal dan berbelok ke kanan kita akan menyeberangi sebuah jembatan yan melewati sungai, lalu menuju ke kompleks candi utama yang terdiri dari kawasan Candi Lima dan Pura Gunung kawi. Candi lima ini adalah 5 buah candi yang diukir pada dinding tebing, sama seperti candi empat yang berada diseberangnya. Namun kompleks candi utama ini dipercaya sebagi tempat persemayaman raja Udayana beserta permaisuri dan ketiga putranya. Raja Udayana merupakan Raja dari Dinasti Warmadewa, ia memerintah Bali bersama dengan permaisurinya yang bernama Mahendradata atau Gunapriya Dharma Patni yang berasal dari daerah Jawa Timur. Raja Udayana memiliki 3 orang putra yaitu Airlangga, Marakata dan Anak Wungsu. Posisi dari kelima candi ini agak unik dimana salah satu candi ditempatkan lebih tinggi dari candi lainnya, beberapa teori menyebutkan bahwa candi yang paling tinggi ini merupakan candi yang diperuntukkan bagi raja Udayana sekaligus candi yang pertama kali dibangun. Didepan kelima candi utama ini terdapat sebuah kolam kecil dengan pancuran dan bunga teratai, lalu di antara sela-sela candi terdapat sebuah tempat memohon air suci atau petirtan, beranjak ke bagian kanan dari candi kita akan memasuki kompleks pura utama, di pura ini lah masyarakat setempat melakukan persembahyangan. Sejatinya kompleks Candi Gunung Kawi terdiri dari sepuluh buah candi yang dipahat di dinding tebing, satu candi lagi berada agak jauh dari kluster candi utama. Candi terakhir ini ditemukan oleh seorang arkeolog yang bernama Resident H.T. Damaste pada tahun 1920 dan ia juga melakukan penelitian lebih jauh pada kompleks candi tersebut. Jalan yang agak sulit melewati pematang sawah mengantarkan kita ke candi terakhir atau candi ke sepuluh yang tampak terisolir, candi ini bertuliskan “Rakryan” atau seorang perdana menteri yang meninggal tidak lama setelah rajanya wafat.

candi gunung kawi dengan pancuran dan kolam dibagian depannya

Candi lima - gunung kawi

Candi Gung Kawi

tempat petirtan "Tirta Kama Sakti"

anggrek di depan candi lima
Setelah cukup puas menikmati kemegahan dan ketenangan kompleks candi gunung kawi, waktunya untuk kembali keatas, jika tadi bagian menurun terasa mudah dan cepat maka tidak begitu dengan bagian naiknya. Menaiki 300 meter anak tangga lumayan menyita tenaga, untung saja di areal ini udaranya sejuk dan cenderung dingin, jadi meskipun lelah tapi tanpa terik matahari yang menyengat. Kami saja sampai berhenti beberapa kali untuk mengumpulkan nafas padahal ada beberapa orang nenek yang melewati kami sembari membawa kayu bakar. Nenek-nenek itu jauh lebih kuat dari kami yang usianya jauh lebih muda hehehehe, sekian dulu cerita kali ini  sampai jumpa di petualangan berikutnya

Jangan lupa, Jika berkunjung ke Bali, datanglah ke Candi Gunung Kawi, perjalanannya memang lumayan jauh dan melelahkan tapi keindahan yang menyapa mata ketika tiba di Candi gunung kawi akan membayar semua lelah dan waktu yang dihabiskan.











4 komentar :

  1. Wuiiiih.. Selalu takjub ngeliat foto-foto jepretannya mbak Sashy. Juara!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Dee An Terimakasi, ini masih jauh banget kayaknya mba kalo dibandingin temen-temen yang lain. Btw mba artikelnya di Adventurose keren-keren banget, ngimpi bisa nulis sebagus itu.

      Hapus
  2. Eh udah ikutan aja ternyata Mbak sasy. Btw tulisannya agak lama ya muncul di web toyota? Sama kayak agya dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mas Ihwan ikutan mumpung kemarin abis jalan-jalan . Bener mas seperti biasanya tulisannya munculnya lama dan ngk ada notifnya jdi harus ngecek sendiri sering2

      Hapus

Halo Foodies terimakasih sudah berkunjung ke blog saya, silahkan tinggalkan comment untuk pertanyaan, saran maupun kritik yang membangun. Mohon untuk tidak berkomentar yang mengandung SARA, Kekerasan, judi maupun Pornografi karena tidak akan saya tampilakan disini. Berkomentarlah dengan bijak dan santun. Terimakasih

My Instagram

Copyright © Bali Food Blogger: Resep dan Review by Sashy Little Kitchen.